02 September, 2012

Awal Buruk Liverpool


Kecewa. Seluruh suporter Liverpool di seluruh penjuru bumi pasti sedang merasa kecewa, pusing dan pesimis dengan performa The Reds di kancah Premier League. Dari tiga pertandingan pembuka Liverpool hanya mampu raih 1 poin. Yak, 1 poin! Saat ini Liverpool berada di zona degradasi, tepatnya di posisi ke-18.

Dicukur 3-0 di kandang West Brom saya kira bisa menjadi penampilan terburuk musim ini, cukup saya pikir. Ternyata tidak, lebih buruk. Dua laga berikutnya Liverpool bermain sebagai tuan rumah, hasilnya pun tidak lebih baik. Hasil, ya setiap pertandingan pasti mengharapkan hasil yang baik. Tidak terkecuali Liverpool. Jika berbicara jalannya pertandingan, Liverpool tidak terlalu buruk sejauh ini. Pembelian Liverpool seperti Joe Allen dan pemain yang baru promosi ke tim senior, Raheem Sterling, mampu membuat penonton di rumah dan stadion berdecak kagum.

Tapi apa?! Permainan cantik belum menjamin hasil yang cantik juga. Hanya mencetak 2 gol dan kemasukan 7 gol memperlihatkan lemahnya konsentrasi Liverpool dalam bertahan. Masih teringat back-pass Martin Skrtel yang mampu dimanfaatkan Carlos Tevez?! Ya, Liverpool seperti terlalu banyak melakukan hal-hal berbahaya macam back-pass, alih-alih mencetak gol. Kedatangan Rodgers di awal musim membuat penonton menerka-nerka bahwa tiki-taka lah yang akan disematkan ke dalam filosofi bermain Liverpool. Pass, pass dan pass. Namun sepertinya malah lupa untuk mencetak gol.

Swansea yang ditinggal Rodgers saat ini mampu bercokol di posisi kedua klasemen di bawah Chelsea, hanya terpaut 2 poin. Penampilan Swansea justru terbilang produktif, memasukkan 10 gol dan hanya kemasukan 2 gol saat lawan Sunderland kemarin. Chelsea sang pemimpin klasemen saja hanya memasukkan 8 gol berbanding 2 gol. Ini menunjukkan kualitas penyerang yang dimiliki Chelsea, bahkan Swansea, jauh berbeda dengan yang dimiliki Liverpool.

Hal ini tidak lain disebabkan oleh buruknya pergerakan Fenway Sports Group, pemilik Liverpool, dalam bursa transfer musim panas. Yang paling mencolok adalah tindakan meminjamkan seorang striker utama Andy Carroll saat klub masih minim penyerang. Benar saja, mati satu tumbuh seribu tidak pantas dialamatkan ke Anfield. Perginya Carroll ke West Ham tidak membuat Liverpool mendapatkan penggantinya. Sebelum masalah Carroll, Liverpool membuang beberapa striker tajam lainnya macam Dirk Kuyt dan Craig Bellamy. Bahkan setelah kedua penyerang itu pergi Brendan Rodgers hanya mendatangkan satu penyerang, Fabio Borini.

Namun apa yang akan dilakukan Rodgers ketika Suarez atau Borini cedera?

Adam Morgan. Pemain berusia 18 tahun asal akademi Liverpool ini belum sekali pun main di Premier League, namun sudah 2 kali bermain di babak play-off Europa League. Tapi apa iya salah satu klub besar di dunia ini menaruh beban yang begitu besar kepada bocah setingkat Morgan? Well, kita masih ingat Robbie Fowler dan Michael Owen yang masing melakukan debut mereka di usia 18 tahun dan langsung mencetak gol. Namun saat ini jelas berbeda, kenapa? Semakin ketatnya persaingan di Inggris lalu munculnya klub-klub kaya yang mampu datangkan striker kelas dunia dapat membenamkan potensi-potensi akademi masing-masing klub. Chelsea, Manchester City dan Arsenal. Semua penyerang mereka merupakan pemain-pemain top Eropa dan Amerika Selatan yang asalnya bukan dari akademi.

Kegagalan mendatangkan Clint Dempsey dan Theo Walcott yang harganya terjangkau merupakan kelemahan yang seharusnya tidak dimiliki klub macam Liverpool. Berkurangnya minat pemain besar untuk membela Liverpool salah siapa jika bukan pengurus klub itu sendiri. Suarez, Borini dan Adam Morgan adalah penyerang murni yang dimiliki Liverpool saat ini. Sterling, Gerrard dan Downing mungkin bisa dipakai sebagai second striker, tapi apa bisa menjadi solusi terbaik? Bahkan Downing sempat dimainkan sebagai bek kiri oleh Rodgers.

Opsi yang paling tepat saat ini adalah dengan memanfaatkan transfer pemain yang berstatus free agent, pemain pengangguran. Suporter sempat menyerukan nama Didier Drogba untuk didatangkan, namun sepertinya mustahil. Nah, muncul lah nama Michael Owen yang saat ini belum mempunya klub alias pengangguran. Sempat dicap pengkhianat karena membela Manchester United, bukan berarti Liverpudlians tidak menerimanya kembali. Mungkin dialah yang paling memungkinkan untuk didatangkan mengingat keingingan sang pemain untuk tidak pergi jauh dari tempat tinggalnya di Liverpool, Owen juga menolak tawaran Stoke City.

Sampai mana langkah Brendan Rodgers melangkah? Liverpool harus menebus kesalahannya di bursa transfer Januari nanti jika ingin kembali bermain di Championis League. Intinya, semua Liverpudlians tidak ingin kejadian Hicks & Gillet terulang kembali.

YNWA


No comments:

Post a Comment